ImamTurmudzi meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab: Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu. "Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (Yaumul Hisab). astaghfirrullohal'adzim. saya hanya diri yang lemah. goresan tulisan ini semoga bisa bermanfaat. aamiinHome Arsip Syiar Selasa, 29 Mei 2018 - 1330 WIBloading... A A A Sahabat Umar RA mengingatkan kita, Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu. “Hisablah evaluasilah diri kalian sebelum kalian dihisab. Ramadhan ini merupakan bulan kebajikan. Setiap mukmin diajak untuk berbuat baik kapan saja. Secara khusus, Rasullah SAW menjadi lebih baik lagi di bulan Ramadhan, karena ini adalah bulan kebajikan dalam segala hal. Seorang mukmin yang sadar akan berusaha terus menerus meningkatkan amal kebajikan di bulan Ramadhan.gar ramadhan Video Terkini More 21 jam yang lalu 23 jam yang lalu 23 jam yang lalu 1 hari yang lalu 2 hari yang lalu 2 hari yang lalu Artikel Terkini More 29 menit yang lalu 37 menit yang lalu 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 4 jam yang lalu
Sayidina Umar ibnu Khatab, ra. pernah menyatakan “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu.” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, ini adalah dialektika seorang mukmin yang ingin meningkatkan kualitas hidup dengan mengintrospeksi diri. Sesungguhnya yang dimaksud dengan muhasabah menurut salah seorang ulama sufi, Abdillah al-Muhasibi, bahwa setiap Jiwa dihisab dengan akal, dan datangnya hisab itu berasal dari rasa takut akan kekurangan. Ketakutan atas sesuatu yang akan merugikan, serta adanya keinginan untuk mendapatkan orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS Al Hasyr 59 18Ujian, musibah dan cobaan, atau apapun istilahnya, sesungguhnya harus disikapi dengan sikap terbaik. Sebagai orang yang beriman kita harus yakin bahwa segala macam yang terjadi pada diri adalah tanda-tanda bahwa Allah menyayangi makhluk yang meyakini- Nya. Makin tinggi keimanan seseorang, maka makin tinggi pula ujian yang diberikan Allah kepadanya. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” QS Al Ankabut 292Sesungguhnya kewajiban bagi orang yang beriman untuk menyikapi segala bentuk takdir Allah, maka ketika diberikan kenikmatan sekecil apapun pasti akan bersyukur, dan manakala diuji dengan seberat apapun ujian pasti akan disikapi dengan sabar. Syukur dan sabar adalah sikap terbaik yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang beriman. Sikap tersebut tidak akan pernah muncul jika dalam diri ini tidak berusaha untuk ber”muhasabah”, satu sikap mengintrospeksi diri atas segala kejadian yang telah menimpa, dan sikap untuk memperbaiki kualitas diri agar mampu lebih survive pada masa yang akan datang. Muhasabah sendiri kelak akan mewariskan kualitas berpikir, kecerdasan, dan mendidik diri untuk bersikap terbai. Kemudian bersyukur atas segala kenikmatan yang telah Allah anugerahkan dan bersabar atas segala ujian yang Allah timpakan.
Sayidina'Umar ibnu Khatab, ra. pernah menyatakan: "Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu." Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, ini adalah dialektik seorang mukmin yang ingin meningkatkan kualitas hidup dengan mengintrospeksi diri.
Orang paling kuat dalam pandangan Rasulullah bukan orang yang tubuhnya besar, badannya kekar, dan ototnya kuat. Kuat atau tidaknya seorang tidak diukur dari fisik, tapi sejauh mana dia mampu menggunakan akal dan pikirannya, serta mengendalikan hawa nafsunya. Rasulullah bersabdaالْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِArtinya “Dari Syaddad bin Aus, dari Rasulullah -sallallahu alaihi wasallam- beliau bersabda “Orang yang pandai kuat adalah yang mengevaluasi dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.” HR Al-TirmidziAl-Kayyis orang yang kuat diartikan juga sebagai dia yang menggunakan akalnya. Man dana nafsahu dia yang mampu mengatur dirinya adalah dia yang menghisab mempertimbangkan apa yang telah dan akan dilakukan dirinya di dunia sebelum nanti dihisab di hari kiamat. Perilaku ini biasa dikenal dalam tradisi Islam sebagai Muhasabah. Begitu Imam at-Tirmidzi memaknai hadis yang juga oleh beliau nasihat dari Sayyidina Umar bin al-Khattab, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu”, “Hisablah introspeksi dirimu sebelum engkau dihisab diinterogasi oleh malaikat Allah nanti di hari kiamat.”Perilaku semacam ini juga biasa disebut “tafakkur” oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Tafakkur ini biasanya dilakukan setiap hari sebelum tidur malam. Ada tiga macam tafakkur bagi beliauPertama, mengingat apa yang telah dilakukan sehari ini. Misalnya, pagi tadi aku makan. Tafakkur semacam ini beliau nilai sama dengan ibadah selama sepuluh mempertimbangkan apakah yang telah dilakukan adalah hal baik atau sebaliknya. Siang tadi aku makan untuk menjaga kesehatan badan, amanat dari Allah. Berarti itu adalah perilaku yang baik. Tapi aku berlebihan, mengambil nasi terlalu banyak akhirnya tak mampu aku habiskan, terbuang dan mubazzir. Itu bukanlah perbuatan yang baik. Besok jangan begitu lagi lah. Ambil nasi secukupnya. Tafakkur semacam ini dinilai sama dengan ibadah selama seratus mengambil hikmah dari apa yang dilakukan dan dari setiap sesuatu. Karena mengambil nasi berlebihan, aku tahu rasanya enak padahal di luar sana masih banyak orang yang kekurangan makanan. Cobalah nanti sekali-kali aku bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. Hikmah bisa didapatkan dari mana saja, tak harus dari hal baik. Dari hal yang tak baik pun bisa didapatkan hikmahnya. Tafakkur semacam ini senilai dengan ibadah selama seribu menjelaskan jenis-jenis tafakkur di atas, Dr. Fahruddin Faiz mengingatkan bahwa dalam memahaminya jangan menghitung secara matematis. Korupsi seratus juta itu dosa. Sedekah dengan ikhlas satu juta, pahalanya dilipatgandakan tujuh ratus kali lipat, jadinya tujuh ratus juta. Maka pahalaku masih lebih banyak daripada dosaku. Bukan seperti itu cara berpikirnya. Oleh karena itu gunakan akal sehat dan hati yang jernih, karena orang paling kuat menurut Rasulullah adalah orang yang mampu mengendalikan akal pikiran dan hawa nafsunya.[One Day One Hadis program dari Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah yang didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. Pesantren Darus-Sunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini]
HasibuAnfusakum Qobla An Tuhasabu Hisablah dirimu di dunia sebelum dihisab di akhirat (Hadits) Tuesday, December 28, 2010. Posted by ts at 5:36 PM. Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest. Monday, December 27, 2010. CHECKLIST: Hablun Min Alloh. RUKUN IMAN: