Umarbin Khattab ra, seorang sahabat yang dikenal sebagai Amirul Mukminin pernah mengingatkan umat Islam dengan perkataannya yang sangat populer, "Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu." Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab.
Menebar Islam Rahmatan Lil 'Alamin Navigasi tulisan Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya dalam Al Qu’an surah Quraisy yang artinya Karena kebiasaan orang-orang Quraisy1. Yaitu kebiasaan mereka bepergian pada musim dingin dan musim panas2.Maka hendaklah mereka menyembah Tuhan pemilik rumah ini Ka’bah3.Yang telah memberi makanan kepada mereka untuk menghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari rasa ketakutan4. Lanjut membaca → Firman Allah subhanahu wata’ala dalam surat Ali Imran2-4 yang artinya “Allah, tidak ada Tuhan yang berhak disembah melainkan Dia. yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya. Dia menurunkan Al kitab Al Quran kepadamu dengan sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya dan menurunkan Taurat dan Injil, Sebelum Al Quran, menjadi petunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan” Lanjut membaca → Dalam pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat di sisi-Nya. Allah swt berfirman “Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya.” QS. Al-Mujadilah 6. Sebelum hari perhitungan benar-benar kita hadapi. Pantas jika Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. “Hasibu qobla an tuhasabu,” artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan. Lanjut membaca → Disebutkan oleh para ulama tafsir tentang surah ini. Misalnya Imam Al-Qurthubi w. 671 H. menegaskan dalam tafsirnya bahwa, surah An-Nashr merupakan surah madaniyyah secara ijma’. Ia dinamakan “Suratut-taudi’” surah perpisahan. Dan ia adalah surah yang terakhir turun, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Abbas ra. dalam Shahih Muslim. Tafsir Al-Qurthubi Al-Jami’ Li-ahkaamil Qur’an X/229. Imam Asy-Syaukani w. 1250 H. juga mengatakan hal yang sama Surah An-Nashr disebut dengan nama “Suratut-taudi’”, dan merupakan surah madaniyyah dengan tanpa adanya perbedaan. Tafsir Fathul Qadir oleh Asy-Syaukani V/508. Lanjut membaca → Kebahagiaan hati orang beriman itu bersumber dari kebaikan dan ketaatan yang dilakukannya sebagai bukti keimanan hatinya. Semakin tinggi tingkat dan nilai ketaatannya, maka semakin besar pula kebahagiaan yang dirasakannya. Dan berzakat menempati peringkat yang sangat tinggi dalam skala prioritas amal ketaatan. Karena ia merupakan salah satu ibadah wajib utama yang diposisikan sebagai rukun Islam ketiga, sehingga dengan berzakat berarti seorang mukmin telah turut andil dalam upaya menegakkan tiang dan pilar penyangga utama bangunan Islam. Lanjut membaca → Selama bulan Ramadhan, syetan-syetan pengganggu dan penggoda dirantai, dibelenggu dan dinonaktifkan oleh Allah Ta’ala. Ini merupakan salah satu rahmat dan karunia Allah kepada hamba-hamba-Nya, kaum mukminin, yang ingin meraih kemuliaan, kesempurnaan iman dan puncak taqwa yang merupakan salah satu tujuan utama dari ibadah puasa di bulan Ramadhan. Allah subhanahu wata’ala berfirman “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu lebih bertakwa” QS Al-Baqarah 183. Lanjut membaca → Ramadhan merupakan salah satu sarana dan momentum istimewa bagi setiap mukmin atau mukminah untuk ber-muhasabah dan bercermin, yang dengannya ia bisa mengetahui tingkat keimanannya, kualitas ketaqwaannya kepada Allah Ta’ala, dan kadar kerinduannya pada kehidupan ukhrawi yang bahagia. Dan melalui cermin Ramadhan, seseorang bisa menguji diri dan hatinya, untuk mengetahui sudah berada di tingkat apakah ia? Lanjut membaca → Allah suhaanahu wata’ala berfirman dalam Surah At Takatsur 1. Bermegah-megahan ambisi/syahwat duniawi telah melalaikan kamu. 2. sampai kamu masuk ke dalam kubur mati. 3. Janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui akibat perbuatanmu itu, 4. dan janganlah begitu, kelak kamu akan mengetahui. 5. Janganlah begitu, jika kamu mengetahui dengan pengetahuan yang meyakinkan, 6. niscaya kamu benar-benar akan melihat neraka Jahannam, 7. dan sesungguhnya kamu benar-benar akan melihatnya dengan ainul yakin keyakinan pandangan mata, 8. kemudian kamu pasti akan ditanyai diminta pertanggung jawaban pada hari itu tentang keni’matan yang kamu megah-megahkan di dunia itu. Lanjut membaca → Tawakkal ialah menyerahkan seluruh urusan kepada Allah subhanahu wata’ala. Tawakkal juga berarti percaya kepada Allah swt, beriman kepada kekuasaann-Nya, kekuatan, dan ilmu-Nya. Jadi, tawakkal ialah bersandar secara total kepada Allah swt dan hasilnya ialah beriman secara nyata sebagian nama dan sifat-Nya. Ibnu Al-Qayyim berkata, “Tawakkal itu separoh agama dan separoh lainnya ialah inabah taubat. Agama itu ibadah dan isti’anah minta pertolongan. Tawakkal ialah minta pertolongan dan inabah ialah ibadah.” Lanjut membaca → Allah subhanahu wata’ala berfirman yang artinya ”Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka beribadah kepada-Ku” QS. Adz-Dzaariyaat 56. Manusia diciptakan tujuannya adalah untuk beribadah kepada Allah swt. Semua yang diciptakan di dunia ini adalah untuk manusia agar bisa digunakan sebagai sarana untuk beribadah. Agar ibadah kita diterima Allah swt, harus terpenuhi padanya syarat-syaratnya. Diantara syarat agar ibadah kita diterima adalah. Lanjut membaca → Navigasi tulisan
ImamTurmudzi meriwayatkan ungkapan Umar bin Khattab: Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu. "Hisablah (evaluasilah) diri kalian sebelum kalian dihisab dan berhiaslah (bersiaplah) kalian untuk hari aradh akbar (Yaumul Hisab). astaghfirrullohal'adzim. saya hanya diri yang lemah. goresan tulisan ini semoga bisa bermanfaat. aamiin
Home Arsip Syiar Selasa, 29 Mei 2018 - 1330 WIBloading... A A A Sahabat Umar RA mengingatkan kita, Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu. “Hisablah evaluasilah diri kalian sebelum kalian dihisab. Ramadhan ini merupakan bulan kebajikan. Setiap mukmin diajak untuk berbuat baik kapan saja. Secara khusus, Rasullah SAW menjadi lebih baik lagi di bulan Ramadhan, karena ini adalah bulan kebajikan dalam segala hal. Seorang mukmin yang sadar akan berusaha terus menerus meningkatkan amal kebajikan di bulan Ramadhan.gar ramadhan Video Terkini More 21 jam yang lalu 23 jam yang lalu 23 jam yang lalu 1 hari yang lalu 2 hari yang lalu 2 hari yang lalu Artikel Terkini More 29 menit yang lalu 37 menit yang lalu 1 jam yang lalu 2 jam yang lalu 3 jam yang lalu 4 jam yang lalu
Bismillah حاسبوا أنفسكم قبل أن تحاسبوا -غلاف أبيض طبعة دار المصطفى Hasibu Anfusakum Qobla An Tuhasabu Penulis: Dr. Musthofa Bugho Sampul: Softcover Warna Kertas: Putih Jumlah Halaman: 24 Halaman Penerbit: Darul Musthofa. Layanan Pelanggan. Bantuan;
MUHASABAH secara sederhana bisa dipahami sama dengan intropeksi, yaitu seseorang bertanya kepada dirinya sendiri tentang perbuatan yang dia lakukan agar jiwa menjadi tenang, dan memastikan secara gamblang apakah perbuatan yang dilakukan dalam kehidupannya sesuai dengan perintah-perintah Allah yang dilakukan oleh para sahabat Nabi. Mereka tidak pernah menutup malam harinya kecuali telah melakukan muhasabah. Bahkan seorang Abu Bakar mampu menghisab dirinya sendiri sedemikian akhir wafatnya, Abu Bakar memanggil putrinya Aisyah radhiyallahu anha. Abu Bakar berkata, "Sesungguhnya semenjak kita menangani urusan kaum Muslimin, tidak pernah makan dari dinar dan dirham mereka. Yang kita makan adalah makanan yang keras dan sudah rusak." HR. Ahmad.Demikianlah Abu Bakar menghisab dirinya sendiri. Bahkan sahabat utama Nabi itu tidak memperkenankan Aisyah mengambil apa yang dimiliki Abu Bakar. Semuanya diminta untuk diserahkan kepada Umar bin Khaththab. Tentu, langkah Abu Bakar ini sagat berat. Tetapi tatkala muhasabah telah menjadi gaya hidup maka tidak ada yang lebih penting selain menyucikan diri demi ridha Bakar dan sahabat Nabi yang lainnya benar-benar serius menghisab dirinya. Hal tersebut tidak lain karena hadits Nabi yang berbunyi; "Kedua kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada hari kiamat sehingga ditanya tentang empat perkara tentang umurnya, untuk apa dihabiskannya, tentang masa mudanya, digunakan untuk apa, tentang hartanya, dari mana diperoleh dan kemana dihabiskan, dan tentang ilmunya, apa yang dilakukan dengan ilmunya itu." HR. Tirmidzi.Jadi, sebagai apa pun dan di masa apa pun seorang Muslim wajib melakukan hari perhitungan benar-benar kita hadapi. Pantas jika Umar bin Khaththab sering mengingatkan umat Islam untuk selalu melakukan muhasabah diri. "Hasibu qobla an tuhasabu,"artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari pandangan Hasan Al-Bashri muhasabah akan meringankan hisab di hari akhir. Sebab Allah tidak pernah melewatkan satu perbuatan pun melainkan telah tercatat di sisi-Nya."Allah mengumpulkan mencatat amal perbuatan itu, padahal mereka telah melupakannya." QS. Al-Mujadilah 6.Jadi tidak sepatutnya jika seorang Muslim melewati hari-harinya tanpa melakukan muhasabah diri. Karena hanya dengan muhasabah itulah hati kita terjaga dari kelalaian, mulut terhindar dari mengucapkan keburukan dan perbuatan kita akan terpelihara dari segala maksiat dan MuhasabahDengan demikian muhasabah berarti perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, "Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan." Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul sebelum melakukan perbuatan seorang Muslim berhenti pada awal keinginan dan kehendaknya serta tidak bersegera melakukan perbuatan sampai jelas statusnya. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang harus apakah perbuatan yang diiginkan mampu dilakukan atau tidak. Kedua, apakah perbuatan itu sesuai syariat. Ketiga, apakah perbuatan itu akan dilakukan ikhlas karena itu, untuk muhasabah setelah melakukan perbuatan dapat dicek melalui apakah perbuatannya sesuai syariat dan apakah dilakukan ikhlas karena Allah. Meurut Ibnu Qayyim muhasabah setelah melakukan perbuatan ini ada tiga muhasabah atas ketaatan yang diabaikan. Kedua, muhasabah atas setiap perbuatan yang apabila ditinggalkan lebih baik daripada dilakukan. Ketiga, muhasabah atas perbuatan yang mubah yang tidak jauh Ibnu Qudamah berkata, "Seyogyanya bagi seorang Muslim itu menyisihkan waktunya pada pagi hari dan sore hari untuk muhasabah diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir penjualan." KumpulanVideo Syiar dan Dakwah | Halaman 3 - Hikmah Kesabaran Part 2 - Ustadz Shamsi Ali. 5 Manfaat Konsumsi Kurma. 5 Adab Berpuasa Ramadhan. Bienvenue sur Ixassida Nous esperons que vous apprecierez votre visite sur notre site dedie aux Ecrits de Cheikh Ahmadou Bamba, le serviteur du Prophete. PSL Pour profiter de l'ensemble des functionalites de ce site veuillez creer un compte et vous connecter. Ajouter des xassidas a vos favoiris, creer un playlist de vos xassidas preferes, contacter les autres membres de ce site, contribuer dans les traductions, etc. Contactez nous Si vous avez un audio/"dadj" que vous voulez ajouter a un xassida, veuiller nous envoyer l'audio ou le lien par email. Le but de ce site est de faciliter le "dourouss" des Xassidas, de lire et de comprendre la signification des Ecrits dans votre langue maternelle. De rechercher les xassidas par mot cles, de retrouver vos "dadj" preferes, et de partager les vers sur les reseaux sociaux avec vos amis [email protected]
Hasibuanfusakum qobla an tuhasabu (nilailah dirimu sendiri sblm engkau menilai orang lain) ð Dan pada akhirnya kita juga yg menentukan: Mau jadi baik dalam penilaian ALLAH SWT atau manusia?
Sayidina Umar ibnu Khatab, ra. pernah menyatakan “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu.” Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, ini adalah dialektika seorang mukmin yang ingin meningkatkan kualitas hidup dengan mengintrospeksi diri. Sesungguhnya yang dimaksud dengan muhasabah menurut salah seorang ulama sufi, Abdillah al-Muhasibi, bahwa setiap Jiwa dihisab dengan akal, dan datangnya hisab itu berasal dari rasa takut akan kekurangan. Ketakutan atas sesuatu yang akan merugikan, serta adanya keinginan untuk mendapatkan orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” QS Al Hasyr 59 18Ujian, musibah dan cobaan, atau apapun istilahnya, sesungguhnya harus disikapi dengan sikap terbaik. Sebagai orang yang beriman kita harus yakin bahwa segala macam yang terjadi pada diri adalah tanda-tanda bahwa Allah menyayangi makhluk yang meyakini- Nya. Makin tinggi keimanan seseorang, maka makin tinggi pula ujian yang diberikan Allah kepadanya. “Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan saja mengatakan “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi?” QS Al Ankabut 292Sesungguhnya kewajiban bagi orang yang beriman untuk menyikapi segala bentuk takdir Allah, maka ketika diberikan kenikmatan sekecil apapun pasti akan bersyukur, dan manakala diuji dengan seberat apapun ujian pasti akan disikapi dengan sabar. Syukur dan sabar adalah sikap terbaik yang tidak dapat dipisahkan dari orang yang beriman. Sikap tersebut tidak akan pernah muncul jika dalam diri ini tidak berusaha untuk ber”muhasabah”, satu sikap mengintrospeksi diri atas segala kejadian yang telah menimpa, dan sikap untuk memperbaiki kualitas diri agar mampu lebih survive pada masa yang akan datang. Muhasabah sendiri kelak akan mewariskan kualitas berpikir, kecerdasan, dan mendidik diri untuk bersikap terbai. Kemudian bersyukur atas segala kenikmatan yang telah Allah anugerahkan dan bersabar atas segala ujian yang Allah timpakan.
Sayidina'Umar ibnu Khatab, ra. pernah menyatakan: "Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu." Hisablah dirimu sebelum kamu dihisab, ini adalah dialektik seorang mukmin yang ingin meningkatkan kualitas hidup dengan mengintrospeksi diri.
Orang paling kuat dalam pandangan Rasulullah bukan orang yang tubuhnya besar, badannya kekar, dan ototnya kuat. Kuat atau tidaknya seorang tidak diukur dari fisik, tapi sejauh mana dia mampu menggunakan akal dan pikirannya, serta mengendalikan hawa nafsunya. Rasulullah bersabdaالْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِArtinya “Dari Syaddad bin Aus, dari Rasulullah -sallallahu alaihi wasallam- beliau bersabda “Orang yang pandai kuat adalah yang mengevaluasi dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah.” HR Al-TirmidziAl-Kayyis orang yang kuat diartikan juga sebagai dia yang menggunakan akalnya. Man dana nafsahu dia yang mampu mengatur dirinya adalah dia yang menghisab mempertimbangkan apa yang telah dan akan dilakukan dirinya di dunia sebelum nanti dihisab di hari kiamat. Perilaku ini biasa dikenal dalam tradisi Islam sebagai Muhasabah. Begitu Imam at-Tirmidzi memaknai hadis yang juga oleh beliau nasihat dari Sayyidina Umar bin al-Khattab, “Hasibu anfusakum qobla an tuhasabu”, “Hisablah introspeksi dirimu sebelum engkau dihisab diinterogasi oleh malaikat Allah nanti di hari kiamat.”Perilaku semacam ini juga biasa disebut “tafakkur” oleh Syaikh Abdul Qadir al-Jailani. Tafakkur ini biasanya dilakukan setiap hari sebelum tidur malam. Ada tiga macam tafakkur bagi beliauPertama, mengingat apa yang telah dilakukan sehari ini. Misalnya, pagi tadi aku makan. Tafakkur semacam ini beliau nilai sama dengan ibadah selama sepuluh mempertimbangkan apakah yang telah dilakukan adalah hal baik atau sebaliknya. Siang tadi aku makan untuk menjaga kesehatan badan, amanat dari Allah. Berarti itu adalah perilaku yang baik. Tapi aku berlebihan, mengambil nasi terlalu banyak akhirnya tak mampu aku habiskan, terbuang dan mubazzir. Itu bukanlah perbuatan yang baik. Besok jangan begitu lagi lah. Ambil nasi secukupnya. Tafakkur semacam ini dinilai sama dengan ibadah selama seratus mengambil hikmah dari apa yang dilakukan dan dari setiap sesuatu. Karena mengambil nasi berlebihan, aku tahu rasanya enak padahal di luar sana masih banyak orang yang kekurangan makanan. Cobalah nanti sekali-kali aku bersedekah kepada mereka yang membutuhkan. Hikmah bisa didapatkan dari mana saja, tak harus dari hal baik. Dari hal yang tak baik pun bisa didapatkan hikmahnya. Tafakkur semacam ini senilai dengan ibadah selama seribu menjelaskan jenis-jenis tafakkur di atas, Dr. Fahruddin Faiz mengingatkan bahwa dalam memahaminya jangan menghitung secara matematis. Korupsi seratus juta itu dosa. Sedekah dengan ikhlas satu juta, pahalanya dilipatgandakan tujuh ratus kali lipat, jadinya tujuh ratus juta. Maka pahalaku masih lebih banyak daripada dosaku. Bukan seperti itu cara berpikirnya. Oleh karena itu gunakan akal sehat dan hati yang jernih, karena orang paling kuat menurut Rasulullah adalah orang yang mampu mengendalikan akal pikiran dan hawa nafsunya.[One Day One Hadis program dari Pesantren Ilmu Hadis Darus-Sunnah yang didirikan Almarhum Prof. Dr. KH. Ali Mustafa Ya’qub, MA. Pesantren Darus-Sunnah saat ini dalam tahap pengembangan dan pembangunan, bagi yang mau berdonasi silahkan klik link ini]
HasibuAnfusakum Qobla An Tuhasabu Hisablah dirimu di dunia sebelum dihisab di akhirat (Hadits) Tuesday, December 28, 2010. Posted by ts at 5:36 PM. Email This BlogThis! Share to Twitter Share to Facebook Share to Pinterest. Monday, December 27, 2010. CHECKLIST: Hablun Min Alloh. RUKUN IMAN:
Sabda Nabi Hasibu qobla an tuhasabu,” artinya hitunglah diri kalian sebelum datang hari perhitungan. Inilah hadis yang sarat makna. Yang terbersit dalam benak kita adalah diri menghitung-hitung apa yang telah diperbuat dalam sehari, 1 jam, 1 menit, 1 detik bahkan dalam hembusan nafas saat keluar dan masuk. Sedang apa dan berbuat apakah diri?. Adakah dalam waktu itu berbuat amal shaleh atau malah sebaliknya. Untuk melatih dan membiasakan menghitung diri sendiri diperlukan ketelitian untuk melihat serangkaian amalan atau usaha baik dalam kerangka ibadah maupun usaha dunia yang di khususkan untuk tujuan akhirat. Hitungan perbuatan bukan hanya gerak panca indera dan anggota tubuh namun termasuk juga diamnya melalui wujud gerak dan desiran dan keinginan hati. Bila teliti dalam melihat gerak dan perbuatan lahir dan gerak batin barulah orang itu disebut pandai menghisab diri. Serangkaian amalan dan latihan itu akan meringankan hisabnya kelak dan berarti dirinya sudah terlatih. Dalam menghitung diri ada beberapa panduan yaitu terkait amanat yang diberikan Allah kepada setiap diri yaitu terkait, umur, raga, ilmu dan hartanya sesuai sabda Nabi Saw yaitu “Tidak bergeser kaki seorang hamba sehingga ia akan ditanya tentang 4 perkara yaituTentang umurnya untuk apa ia habiskan?,Tentang badannya untuk apa ia gunakan?,Tentang ilmunya untuk apa ia amalkan?,Tentang hartanya darimana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan?. Attarmizi. Namun demikian dengan kehendak Allah dimungkinkan seseorang dalam keadaan tertentu tanpa mendapat hisab yaitu golongan hamba yang beriman terdiri dari para nabi dan Rasul serta aulia, para syuhada dan orang yang sabar. Tiada balasan Allah bagi orang yang sabar kecuali surga, telah difirman Allah secara berulang-ulang sebagai berita gembira bagi hambaNya yang mau bersabar. Firman Allah Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan dibawa ke dalam surga berombong-rombongan pula. Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu sedang pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya “Kesejahteraan dilimpahkan atasmu. Berbahagialah kamu! maka masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya”. Azzumar 73 Orang yang tidak ingin dirinya menemui hisab sudah tentu akan berusaha dan berupaya untuk melatih diri dan membiasakan menghisab diri sendiri. Namun demikian lain halnya orang yang tidak melatih atau mengadakan perhitungan diri. Buat orang demikian menghitung diri menjadi suatu pekerjaan yang membuat susah dan kesal hati, mengeluh terus menerus, akibat ketidak biasaan diri menjawab setiap hal terkait 4 pertanyaan itu. Hidupnya akan larat dan asyik terus menjerumuskannya dirinya ketempat hina dan menjadi murka Allah, tanpa ada keinginan untuk introspeksi dengan menghitung-hitung dirinya. Orang yang demikian diakhirat kelak sudah pasti akan kesulitan menjawab, karena laku dan perbuatan mereka lebih cenderung tiada perduli dengan hitungan diri itu. Maka itu bagi mukmin hendaklah tidak melengahkan diri mengenai hal ini. Harus mawas diri dalam segala hal termasuk mengamati gerak dan diamnya, penglihatan, mata, detak niatnya dalam rangkaian usahanya utk akhirat. Sebab usaha yang diistilahkan dengan jual beli ini bakal meraih keuntungan yaitu berupa surga bersama para nabi para siddik dan syuhada Duratun Nasihin Dengan demikian muhasabah berarti perlu kita lakukan setiap hari. Mengenai waktunya, Ibnu Qayyim berkata, “Muhasabah itu dilakukan sebelum melakukan perbuatan dan setelah melakukan perbuatan.” Demikian beliau terangkan dalam kitabnya Mukhtashar Minhajul Qashidin. Muhasabah sebelum melakukan perbuatan seorang Muslim berhenti pada awal keinginan dan kehendaknya serta tidak bersegera melakukan perbuatan sampai jelas statusnya. Setidaknya ada tiga pertanyaan yang harus dijawab. Pertama, apakah perbuatan yang diiginkan mampu dilakukan atau tidak. Kedua, apakah perbuatan itu sesuai syariat. Ketiga, apakah perbuatan itu akan dilakukan ikhlas karena Allah. Sementara itu, untuk muhasabah setelah melakukan perbuatan dapat dicek melalui apakah perbuatannya sesuai syariat dan apakah dilakukan ikhlas karena Allah. Menurut Ibnu Qayyim muhasabah setelah melakukan perbuatan ini ada tiga macam. Pertama, muhasabah atas ketaatan yang diabaikan. Kedua, muhasabah atas setiap perbuatan yang apabila ditinggalkan lebih baik daripada dilakukan. Ketiga, muhasabah atas perbuatan yang mubah yang tidak dilakukannya. Lebih jauh Ibnu Qayyim berkata, “Seyogyanya bagi seorang Muslim itu menyisihkan waktunya pada pagi hari dan sore hari untuk muhasabah diri. Dan ia menghitungnya sebagaimana para pedagang dengan rekan-rekannya menghitung keuntungan dan kerugian transaksi mereka setiap akhir penjualan.” Wallahu alam
IM7t.
  • 56jb145bjl.pages.dev/272
  • 56jb145bjl.pages.dev/350
  • 56jb145bjl.pages.dev/3
  • 56jb145bjl.pages.dev/282
  • 56jb145bjl.pages.dev/14
  • 56jb145bjl.pages.dev/82
  • 56jb145bjl.pages.dev/371
  • 56jb145bjl.pages.dev/261
  • 56jb145bjl.pages.dev/147
  • hasibu qobla an tuhasabu